Sabtu, 03 September 2011


RETARDASI MENTAL
A.      Definisi
Retardasi mental adalah fungsi intelektual dibawah rata-rata yang muncul bersamaaan dengan kurangnya perilaku adaptif, awitannya sebelum usia 18 tahun.

B.       Etiologi
Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu penyebab pranatal, perinatal dan pascanatal.
1.      Penyebab pranatal
a.         Penyakit kromosom (sindrom Down, sindrom Fragile-X).
b.        Gangguan sindrom (distrofi otot Duchenne, neurofibrometasis tipe 1).
c.         Gangguan metabolism sejak lahir (fenilketonuria).
2.      Penyebab perinatal
Dapat digolongkan menjadi yang berhubungan dengan masalah intrauterin seperti abrupsio plasenta, diabetes maternal dan kelahiran premature serta kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial.
3.      Penyebab pascanatal
Mencakup kondisi-kondisi yang terjadi karena cidera kepala, infeksi dan gangguan degenerative dan demielinisdasi.
C.      Manifestasi Klinis
1.         Gangguan kognitif
2.         Lambatnya keterampilan ekspresi dan resepsi bahasa
3.         Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
4.         Lingkar kepala di atas atau di bawah normal
5.         Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
6.         Kemungkinan tonus otot abnormal
7.         Kemungkinan cirri-ciri dismorfik
8.         Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar
D.      Patofisiologi
Istilah retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan dibawah normal (IQ 70-75 atau kurang) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan berbahasa, keterampilan merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan social, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja. Definisi yang lebih baru tentang retardasi mental ini menggunakan pendekatan fungsional, bukan terminology yang dulu menjelask tingkat retardasi mental dengan ringan, sedang, berat dan sangat berat.
       Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab pranatal, perinatal dan pascanatal. Penyebab pranatal termasuk kromosom (sindrom Down, sindrom Fragile-X), gangguan sindrom (distrofi otot Duchenne, neurofibrometasis tipe 1), dan gangguan metabolisme sejak lahir (fenilketonuria). Penyebab perinatal dapat digolongkan menjadi yang berhubungan dengan masalah intrauterine seperti abrupsio plasenta, diabetes maternal, dan kelahiran premature serta kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial. Penyebab pascanatal mencakup kondisi-kondisi yang terjadi karena cedera kepala, infeksi dan gangguan degenerative dan demielinisdasi. Sindrom Fragile-X, sindrom Down dan sindrom alcohol fetal merupakan sepertiga individu-individu yang menderita retardasi mental. Munculnya masalah-masalah, seperti paralisis serebral, deficit sensoris, gangguan psikiatrik dan kejang berhubungan dengan retaedasi mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.

E.       Pathways
etiologi

                 Faktor organik                                    Faktor non organik                   Penyebab lain
   Prenatal         Pascanatal         Perinatal              penelantaran anak                 kelainan mental
  Sindroma down     Cedera kepala  diabetes maternal                                             perubahan
                                                                                                                                  peran keluarga
                         Inflamasi                                                 gangguan tumbang

F.       Pemeriksaan Diagnostik
1.         Uji intelegensi standar (Stanford-Binet, Weschler, Bayley Scales of Infant Development)
2.         Uji perkembangan seperti Denver II
3.         Pengukuran fungsi adaptif (Vineland Adaptive Behavior Scales, Woodcock-Johnson Scales of Independent Behavior, School Edition of the Adaptive Behavior Scales)
G.      Komplikasi
1.         Serebral palsi
2.         Gangguan kejang
3.         Gangguan kejiwaan
4.         Gangguan konsentrasi/hiperaktif
5.         Deficit komunikasi
6.         Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatn antikonvulsi, kurang mengonsumsi makanan berserat dan cairan).
H.      Fokus Pengkajian
1.         Lakukan pengkajian fisik
2.         Lakukan pengkajian pengkajian
3.         Dapatkan riwayat keluarga, terutama mengenai retardasi mental dan gangguan herediter dimana retardasi mental adalah salah satu iwayat kesehatan jenisnya yang utama.
4.         Dapatkan riwayat kesehatan untuk mendapatkan bukti-bukti adanya trauma prenatal,perinatal atau pascanatal atau cedera fisik.
5.         Bantu dengan tes diagnostic mis., analisis kromosom, disfungsi metabolic, radiografi, tomografi, elektroensefalografi.
6.         Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia –Standford Binet, Wechsler Intelegence Scale for Children.
7.         Lakukan atau bantu dengan tes perilaku adaptif Vineland Social Maturity Scale, American Association of Mental Retardation Adaptife Behavior Scale.
8.         Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental: tidak responsive terhadap kontak, kontak mata buruk selama menyusu, penurunan aktivitas spontan, penurunan kesadaran terhadap suara atau gerakan peka rangsang, menyusu lambat.

I.         Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1.      Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitif
Criteria hasil :
a.         Anak dan keluarga aktif terlibat dalam program stimulasi bayi
b.        Keluarga menerapkan konsep-konsep dn melanjutkan aktivitas-aktivitas perawatan anak dirumah.
c.         Keluarga mencari tahu tentang program pendidikan.
2.      Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental
Criteria hasil :
a.          Keluarga mengidentifikasi sasaran realistis untuk perawatan anak di masa yang akan dating.
b.         Keluarga mendapatkan manfaat dari pelayanan pendukung.

RENCANA KEPERAWATAN DAN RASIONAL
DX 1
Intervensi :
a.       Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada bayi.
Rasional : untuk membantu memaksimalkan perkembangan anak.
b.      Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular; buat catatan yang terperinci untuk membedakan perubahan fungsi yang samar.
Rasional : sehingga rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan.
c.       Bantu keluarga menentukan kesiapan anak untuk mempelajari tugas-tugas khusus.
Rasional : karena kesiapan anak mungkin saja tidak mudah untuk dikenali.
d.      Bantu keluarga menyusun tujuan yang realistis untuk anak.
Rasional : untuk mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri.
e.       Berikan penguatan positif atas tugas-tugas khusus atau perilaku anak.
Rasional : dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran.
DX 2
a.         Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau setelah kelahiran.
Rasional : karena keluarga dapat mencurigai adanya masalah dan mungkin memerlukan dukungan yang segera.
b.        Ajak kedua orang tua untuk menghadiri konferensi pemberian informasi.
Rasional : agar orang tua yang satu tidak harus mengulangi informasi yang kompleks tersebut ke orang tua yang lain dan untuk menghadapi reaksi emosi actual dari lain.
c.              Bila mungkin berikan informasi tertulis pada keluarga tentang kondisi anak (mis., sindrom khusus atau penyakit )
Rasional : untuk dijadikan bahan rujukan keluarga dikemudian hari.
d.             Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat perawatan di rumah.
Rasional : untuk menyelidiki semua alternative residensial sebelum membuat keputusan.
e.              Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai masalah yang sama.
Rasional : dapat menerima dukungan tambahan.
Fokus evaluasi
Ø  Keluarga ikut serta dalam perkembangan bayi
Ø  Keluarga dapat menentukan kebutuhan bayi
Ø  Keluarga dapat mengetahui tentang penyakit retardasimental
J.        Discharge Planning
1.         Rujuk anak dan keluarga ke lembaga dan ahli yang dapat member bantuan khusus sehubungan dengan perawatan anak serta perawatan hygiene gigi.
2.         Rujuk keluarga ke lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk konseling geneti, bantuan keuangan, peralatan adaptif dan layanan-layanan pendukung.
3.         Bekerja sama dengan keluarga dalam membentuk dan mengimplementasi-kan rencana perbaikan perilaku.
4.         Fasilitasi pembelajaran ketrampilan yang benar dalam hal social, kemasyarakatan, komunikasi, keamanan masyarakat, dan menghindari orang asing; serta perkembangan minat berhubungan dengan kelompok sebaya dan bersantai dan berekreasi.

Daftar Pustaka

Betz, Cecilyl. 2002. ”Buku Saku Kperawatan Pediatri”. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. 2003. “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik”. Jakarta: EGC.
Ana K, Budi. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Buku
Kedokteeran EGC.
Betz, Cecely L. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Doengoues, Marylin E. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Hamid, Achir Yani S. (1999). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa pada Anak
dan Remaja. Jakarta: Widya Medica.
Harold I, dkk. (1997). Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 1. Ed. 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Maramis, W. F. (1995). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga Univesity
Press.
Pdiatri. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Townsend, Mary C. (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri.
Jakarta: EGC.15
http://www.google.com
http://www.republika_online.co.id.htm

Senin, 29 Agustus 2011

DOWN SINDROM



A.       DEFINISI
Down syndrome merupakan kelainan yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental.
Syndrome Down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan(WikipediaIndonesia).
Sindroma Down (Trisomi 21, Mongolisme) adalah suatu kelainan kromosom yang menyebabkan keterbelakangan mental (retardasi mental) dan kelainan fisik (medicastore).
Kelainan bawaan sejak lahir yang terjadi pada 1 diantara 700 bayi. Mongolisma (Down’s Syndrome) ditandai oleh kelainan jiwa atau cacat mental mulai dari yang sedang sampai berat. Tetapi hampir semua anak yang menderita kelainan ini dapat belajar membaca dan merawat dirinya sendiri.
Sindrom Down adalah suatu kumpulan gejala akibat dari abnormalitas kromosom, biasanya kromosom 21, yang tidak berhasil memisahkan diri selama meiosis sehingga terjadi individu dengan 47 kromosom. Sindrom ini pertama kali diuraikan oleh Langdon Down pada tahun 1866.
Down Syndrom merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling banyak terjadi pada manusia. Diperkirakan 20 % anak dengan down syndrom dilahirkan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun. Synrom down merupakan cacat bawaan yang disebabkan oleh adanya kelebiha kromosom x. Syndrom ini juga disebut Trisomy 21, karena 3 dari 21 kromosom menggantikan yang normal.95 % kasus syndrom down disebabkan oleh kelebihan kromosom.

B.       ETIOLOGI
Penyebab dari Sindrom Down adalah adanya kelainan kromosom yaitu terletak pada kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinan-kemungkinan:
1.    Non Disjunction sewaktu osteogenesis ( Trisomi )
2.    Translokasi kromosom 21 dan 15
3.    Postzygotic non disjunction ( Mosaicism )
Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom ( Kejadian Non Disjunctional ) adalah :
a.       Genetik
Karena menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan syndrom down.
b.      Radiasi
Ada sebagian besar penelitian bahwa sekitar 30 % ibu yang melahirkan ank dengan syndrom down pernah mengalami radiasi di daerah sebelum terjadi konsepsi.
c.       Infeksi Dan Kelainan Kehamilan
d.      Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibu
Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid.
e.       Umur Ibu
Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non dijunction” pada kromosom. Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon danpeningkatan kadar LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan selam menopause. Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh.
f.        Umur Ayah
Selain itu ada faktor lain seperti gangguan intragametik, organisasi nukleolus, bahan kimia dan frekuensi koitus.

C.       MANIFESTASI KLINIS
Berat badan waktu lahir dari bayi dengan syndrom down umumnya kurang dari normal.
Beberapa Bentuk Kelainan Pada Anak Dengan Syndrom Down :

1.      Sutura Sagitalis Yang Terpisah
2.      Fisura Palpebralis Yang Miring
3.      Jarak Yang Lebar Antara Kaki
4.      Fontarela Palsu
5.      Plantar Crease” Jari Kaki I Dan II
6.      Hyperfleksibilitas
7.      Peningkatan Jaringan Sekitar Leher
8.      Bentuk Palatum Yang Abnormal
9.      Hidung Hipoplastik
10.  Kelemahan Otot Dan Hipotonia
11.  Bercak Brushfield Pada Mata
12.  Mulut Terbuka Dan Lidah Terjulur
13.  Lekukan Epikantus (Lekukan Kulit Yang Berbentuk Bundar) Pada Sudut Mata Sebelah Dalam
14.  Single Palmar Crease Pada Tangan Kiri Dan Kanan
15.  Jarak Pupil Yang Lebar
16.  Oksiput Yang Datar
17.  Tangan Dan Kaki Yang Pendek Serta Lebar
18.  Bentuk / Struktur Telinga Yang Abnormal
19.  Kelainan Mata, Tangan, Kaki,Mulut, Sindaktili
20.  Mata Sipit






D.      KOMPLIKASI
1.    Penyakit Alzheimer’s (penyakit kemunduran susunan syaraf pusat)
2.    Leukimia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa terkendalikan)
Pada kebanyakan kasus karena kelebihan kromosom (47 kromosom, normal 46, dan kadang-kadang kelebihan kromosom tersebut berada ditempat yang tidak normal).
3.    Ibu hamil setelah lewat umur (lebih dari 40 th) kemungkinan melahirkan bayi dengan Down syndrome.
4.    Infeksi virus atau keadaan yang mempengaruhi susteim daya tahan tubuh selama ibu hamil.

E.       PATOFISIOLOGI
Penyebab yang spesifik belum diketahiui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperjirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua.




F.        PATHWAY
Bumil usia >35 th
Hormon↓

Perkembangan janin↓               Kelainankromosom                                                                                                                                                                                                                    
Sindrom down
Kepandaian
Kelainan jantung bawaan
 

                                                                 Hidung Datar                                   Mata sipit
                                                              
Aspirasi↓                     kelopak   berlipat
Obstruksi jalan nafas
                                                              
Gangguan panglihatan
 



G.      PROGNOSIS
44 % syndrom down hidup sampai 60 tahun dan hanya 14 % hidup sampai 68 tahun. Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada penderita ini yang mengakibatkan 80 % kematian. Meningkatnya resiko terkena leukimia pada syndrom down adalah 15 kali dari populasi normal. Penyakit Alzheimer yang lebih dini akan menurunkan harapan hidup setelah umur 44 tahun.
Anak syndrom down akan mengalami beberapa hal berikut :
1.    Gangguan tiroid
2.    Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa
3.    Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea
4.    Usia 30 tahun menderita demensia (hilang ingatan, penurunan kecerdasan danperubahan kepribadian)
H.      DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan radiologi didapatkan “brachyaphalic” sutura dan frontale yang terlambat menutup. Tulang ileum dan sayapnya melebar disertai sudut asetabular yang lebar. Pemeriksaan kariotiping untuk mencari adanya translokasi kromosom. Diagnosis antenatal dengan pemeriksaan cairan amnion atau vili karionik, dapat dilakukan secepatnya pada kehamilan 3 bulan atau pada ibu yang sebelumnya pernah melahirkan anak dengan syndrom down. Bila didapatkan janin yang dikandung menderita sydrom down dapat ditawarkan terminasi kehamilan kepada orang tua.
Pada anak dengan Sindrom Down mempunyai jumlah kromosom 21 yang berlebih ( 3 kromosom ) di dalam tubuhnya yang kemudian disebut trisomi 21. Adanya kelebihan kromosom menyebabkan perubahan dalam proses normal yang mengatur embriogenesis. Materi genetik yang berlebih tersebut terletak pada bagian lengan bawah dari kromosom 21 dan interaksinya dengan fungsi gen lainnya menghasilkan suatu perubahan homeostasis yang memungkinkan terjadinya penyimpangan perkembangan fisik ( kelainan tulang ), SSP ( penglihatan, pendengaran ) dan kecerdasan yang terbatas.

I.         PENATALAKSANAAN
1.    Penanganan Secara Medis
a.         Pendengarannya : sekitar 70-80 % anak syndrom down terdapat gangguan pendengaran dilakukan tes pendengaran oleh THT sejak dini.
b.        Penyakit jantung bawaan
c.         Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini.
d.        Nutrisi : akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi / prasekolah.
e.         Kelainan tulang : dislokasi patela, subluksasio pangkal paha / ketidakstabilan atlantoaksial. Bila keadaan terakhir ini sampai menimbulkan medula spinalis atau bila anak memegang kepalanya dalam posisi seperti tortikolit, maka perlu pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina servikalis dan diperlukan konsultasi neurolugis.
J.        DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.    Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi pernafasan.
Tujuan : pasien tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi pernafasan
Intervensi Keperawatan / Rasional :
a.        Ajarkan keluarga tentang penggunaan teknik mencuci tangan yang baik
R/ : untuk meminimalkan pemajanan pada organisme infektif
b.        Tekankan pentingnya mengganti posisi anak dengan sering, terutama penggunaan postur duduk
R/ : untuk mencegah penumpukan sekresi dan memudahkan ekspansi paru
c.         Dorong penggunaan vaporizer uap dingin
R/ : untuk mencegah krusta sekresi nasal dan mengeringnya membran mukosa
d.        Ajarkan pada eluarga pengisapan hidung dengan spuit tipe-bulb
R/ : karena tulang hidung anak yang tidak berkembang menyebabkan masalah kronis ketidak adekuatan drainase mucus
e.        Tekankan pentingnya perawatan mulut yang baik (mis, lanjutkan pemberian makan dengan air jernih), sikat gigi
R/ : untuk menjaga mulut sebersih mengkin
f.          Dorong kepatuhan terhadap imunisasi yang di anjurkan
R/ : untuk mencegah infeksi
g.        Tekankan pentingnya menyelesaikan program antibiotik bila di instruksikan
R/ : untuk kebersihan penghilangan infeksi dan mencegah pertumbuhan organisme resisten
Hasil Yang Diharapkan :
Anak tidak menunjukkan bukti infeksi atau distres pernafasan.
2.    Kerusakan menelan berhubungan dengan hipotonia, lidah besar, kerusakan kognitif.
Tujuan : kesulitan pemberian makan pada masa bayi menjadi menimal
Intervensi Keperawatan / Rasional :
a.        Hisap hidung bayi setiap kali sebelum pemberian makan, bila perlu
R/ : untuk menghilangkan  mucus
b.        Jadwalkan pemberian makan sedikit tapi sering; biarkan anak untuk beristirahat selama pemberian makan
R/ : karena menghisap dan makan dalam waktu lama sulit dilakukan dengan pernafasan mulut.
c.         Jelaskan pada keluarga bahwa menarik lidah merupakan respons normal pada anak dengan menjulur dan tidak berarti penolakan terhadap makanan.
d.        Berikan makanan padat dengan mendorong mulut bagian belakang dan samping; gunakan sendok bayi yang panjang dan bertungkai lurus, jika makanan didorong keluar, berikan kembali makanan ke mulut bayi.
e.        Hitung kebutuhan kalori untuk memenuhi kebutuhan energi; hitung asupan berdasarkan tinggi dan berat badan, bukan berdasarkan urutan usia karena pertumbuhan cendrung lebih lambat pada anak-anak dengan sindrom down.
f.          Pantau tinggi badan dan berat badan dengan interval yang teratur
R/ : untuk mengevaluasi asupan nutrisi
g.        Rujuk ke spesialis untuk masalah makan yang spesifik
Hasil Yang Diharapkan :
·  Bayi mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang adekuat yang sesuai dengan usia dan ukurannya (uraikan).
·  Keluarga melaporkan kepuasan dalam pemberian makan.
·  Bayi menambah berat badannya sesuai dengan tabel standart berat badan.
·  Keluarga mendapatkan manfaat dari pelayanan spesialis.
3.    Risiko tinggi konstipasi berhubungan dengan hipotonia
Tujuan : pasien tidak menunjukkan bukti-bukti konstipasi
Intervensi Keperawatan / Rasional :
a.       Pantau frekuensi dan karakteristik defekasi.
R/ : untuk mendeteksi konstipasi
b.      Tingkatkan hidrasi adekuat
R/ : untuk mencegah konstipasi
c.       Berikan pelunak feses, supositoria, atau laksatif sesuai kebutuhan dan intruksi
R/ : untuk eliminasi usus
Hasil Yang Diharapkan :Anak tidak mengalami konstipasi
4.    Risiko tinggi cedera berhubungan dengan hipotonia, hiperekstensibilitas sendi, instabilitas atlantoaksial
Tujan : pasien tidak mengalami cedera yang berkaitan dengan aktifitas fisik
Intervensi Keperawatan / Rasional :
a.       Anjurkan aktifitas bermain dan olahraga yang sesuai dengan maturasi fisik anak, ukuran , koordinasi, dan ketahanan
R/ : untuk menghindari cedera
b.      Anjurkan anak untuk berpartisipasi dalam olahraga yang dapat melibatkan tekanan pada kepala dan leher (mis, lompat tinggi, senam, menyelam) yang di evaluasi secara radiologis untuk instabilitas atlantoaksial
c.       Ajari keluarga dan pemberi perawatan lain (mis, guru/pelatih) gejala instabilitas atlantoaksial (nyeri leher, kelemahan, tortikolis)
R/ : sehingga perawatan yang tepat dapat diberikan
d.      Laporkan dengan segera adanya kompresi medula spinalis (nyeri leher menetap, hilangnya keterampilan motorik stabil dan kontrol kandung kemih/usus, perubahan sensasi)
R/ : untuk mencegah keterlambatan pengobatan.
Hasil Yang Diharapkan :
·      Anak berpartisipasi dalam aktifitas bermain dan olahraga
·      Anak tidak mengalami cedera yang berkaitan dengan aktifitas fisik
5.    Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita sindrom down.
Tujuan Untuk Keluarga 1 : pasien (keluarga) menunjukkan perilaku kedekatan orang tua dan bayi.
Intervensi Keperawatan / Rasional :
a.       Tunjukkan penerimaan terhadap anak melalui perilaku anda sendiri
R/ : karena orang tua sensitif terhadap sifat afektif orang lain
b.      Jelaskan pada keluarga molding atau clinging pada bayi adalah karakteristik fisik dari sindrom down.
R/ : karena hal ini mungkin di interpretasikan dengan mudah sebagai tanda ketidakdekatan atau penolakan.
c.       Anjurkan orang tua untuk membendung atau menyelimuti bayi dengan ketat dalam selimut.
R/ : untuk memberikan keamanan dan konpensasi terhadap kurangnya molding atau clinging.
Hasil Yang Diharapkan :Orangtua dan anak menunjukkan prilaku kedekatan (uraikan).
Tujuan Untuk Keluarga 2 : keluarga siap untuk menghadapi perawatan anak yang berkenaan dengan defek (uraikan)
Intervensi Keperawatan / Rasional :
a.     Rujuk keluarga ke lembaga komunitas dan kelompok pendukung.
Hasil Yang Diharapkan :
Keluarga mampu menghadapi perawatanyang dibutuhkan untuk mengatasi masalah kesehatan khusus (uraikan).
Tujuan Untuk Keluarga 3 : pasien (keluarga) mendapatkan dukungan yang adekuat
Intervensi Keperawatan / Rasional :
a.     Rujuk ke pelayanan konseling genetik bila diindikasikan dan/atau diinginkan
R/ : agar keluarga mendapatkan informasi dan dukungan.
b.    Rujuk pada organisasi dan kelompok orang tua yang dirancang untuk keluarga dengan anak sindrom down
R/ : agar keluarga mendapatkan dukungan lanjutan.
c.     Tekankan aspek positif dari merawat anak dirumah
R/ : untuk membantu keluarga memaksimalkan potensi perkembangan anak.
Hasil Yang Diharapkan :
·          Anggota keluarga mendapatka manfaat dari kelompok pendukung
·          Keluarga menunjukkan sikap positif.
6.    Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitif
Tujuan : pasien mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
7.    Risiko tinggi cedera (fisik) berhubungan dengan faktor usia orang tua.
Tujuan Untuk Keluarga : tidak terjadi sindrom down
Intervensi Keperawatan / Rasional :
a.       Diskusikan pada wanita yang beresiko tinggi tentang bahaya melahirka anak dengan sindrom down
R/ : agar keluarga dapat membuat keputusan reproduktif.
b.      Dorong semua wanita hamil yang beresiko (lebih dari usia 35, riwayat keluarga sindrom down, atau yang sebelumnya melahirkan anak dengan sindrom down) untuk mempertimbangkan pengambilan sampel vilus korionik atau amniosentesis.
R/ : untuk menyingkirkan sindrom down pada janin.
c.       Diskusikan pilihan aborsi elektif dengan wanita yang mengandung janin dengan gangguan ini.
d.      Diskusikan pada orang tua anak remaja sindrom down tentang kemungkinan konsepsi pada wanita dan perlunya metode kontrasepsi
R/ : agar keluarga dapat membuat keputusan reproduktif berdasarkan informasi.
Hasil Yang Diharapkan :
·      Wanita hamil yang beresiko memeriksakan diri untuk kemungkinan sindrom down.
·      Keluarga menunjukkan pemahaman tentang pilihan yang tersedia untuk mereka.
·      Keluarga dari anak perempuan yang menderita gangguan ini mencari alat kontraseptif.

K.      FOKUS EVALUASI
1.    Tidak ada kesulitan dalam pemberian makan pada anak Anak sehingga anak mendapat nutrisi yang cukup dan adekuat
2.    Pendengaran dan penglihatan anak dapat terdeteksi sejak dini dan dapat dievaluasi secara rutin
3.     Keluarga turut serta aktif dalam perawatan anak syndrom down dengan baik
4.    Anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik sehingga anak dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain tidak merasa minder.



L.       DISCHARGE PLANNING
1.    Intervensi Dini
Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi lingkunga yang memeadai bagi anak dengan syndrom down, bertujuan untuk latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain itu agar ankak mampu mandiri sperti berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK, mandi,yang akan memberi anak kesempatan.
2.    Taman Bermain
Misal dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui bermain dengan temannya, karena anak dapat melakukan interaksi sosial dengan temannya.
3.    Pendidikan Khusus (SLB-C)
Anak akan mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan kesenangan. Selain itu mengasah perkembangan fisik, akademis dan dan kemampuan sosial, bekerja dengan baik dan menjali hubungan baik.
4.    Penyuluhan Pada Orang Tua





DAFTAR PUSTAKA

DOENGES,ME.2000,Rencana Asuhan Keperawatan,edisi 3,Jakarta:EGC
Wilkinson,JM,2007,buku saku diagnosis keperawatan,edisi 7,Jakarta:EGC
Hudak dan Gallo,1996,keperawatan kritis pendekatan holistic,edisi VI,volume II,Jakarta:EGC
http//:perawatpsikiatri.id.com